Entri Populer

Sabtu, 26 Maret 2011

nyamuk

TUGAS TERSRUKTUR PENGENDALIAN VEKTOR EPID
BIONOMIK NYAMUK

 




Disusun Oleh :
Widi Taufik Ridwan G1B008045
Dina Frasasti          G1B008083
Chichilia Clarasati   G1B008109
Umi Hani                  G1B008121
Munawarah N          G1B008131



KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
KESEHATAN MASYARAKAT
2011


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Vektor adalah anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu Infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi dunia kesehatan masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor dapat merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung juga sebagai perantara penularan penyakit, seperti yang sudah diartikan diatas (Nurmaini, 2001).
Nyamuk merupakan anggota ordo Diptera yang sering berinteraksi dengan manusia. Nyamuk memiliki jam aktif menggigit yang berbeda sehingga dapat dikelompokkan menjadi diurnal, nokturnal dan crepuscular. Nyamuk diurnal merupakan nyamuk yang aktif selama pagi hingga sore hari sedangkan nokturnal merupakan aktif ketika malam hari. Nyamuk crepuscular merupakan nyamuk yang aktif sepanjang hari. (Guimaraes dkk., 2000).
Menurut Huda (2004) nyamuk lebih dikenal sebagai vektor penyakit. Penyakit menular dengan perantara atau vektor nyamuk hingga kini masih menjadi beban berat bagi sebagian besar negara tropis termasuk Indonesia. Penyakit-penyakit menular tersebut diantaranya seperti demam berdarah dengue, malaria, filariasis, dan chikungunya. Penyakit ini masih endemis di banyak daerah di Indonesia dan merenggut ribuan jiwa setiap tahunnya. Jumlah kasus klinis malaria yang dilaporkan di Indonesia pada tahun 2009 adalah  1.143.024 orang dan jumlah kasus positif yang ditemukan  berdasarkan  pemeriksaan laboratorium adalah 199.577 orang. Jumlah ini mungkin lebih kecil dari keadaan yang sebenarnya, karena tidak semua kasus dilaporkan akibat  hambatan  transportasi dan komunikasi dari desa-desa endemis yang  terpencil (Depkes RI, 2011).
Menurut Dirjen P2PL, sejak Januari – Oktober 2009, Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menelan 1.013 korban jiwa dari total penderita sebanyak 121.423 orang. Jumlah ini meningkat dibandingkan periode tahun 2008 yaitu 953 orang meninggal dari 117.830 kasus. Sampai saat ini filariasis merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Sampai tahun 2008, dilaporkan jumlah kasus kronis filariasis secara kumulatif sebanyak  11.699 kasus di 378 kabupaten/kota (Depkes RI, 2011).

B.    Tujuan
1.  Mengetahui bionomikal nyamuk.
2.  Mengetahui pencegahan dan pengendalian.




  
BAB II
ISI

A.     Ciri-ciri Nyamuk
Nyamuk memiliki ciri-ciri umum, yaitu ukuran tubuh yang relatif kecil (4 mm - 13 mm) dan rapuh. Kepalanya mempunyai probosis halus dan memiliki panjang yang melebihi panjang kepala dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family Culicidae. Nyamuk dewasa berbeda dari ordo Diptera lainnya karena nyamuk memiliki probosis yang panjang dan sisik pada bagian tepi dan vena sayapnya. Tubuh nyamuk terdiri atas tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut. Nyamuk memiliki sepasang antena berbentuk filiform berbentuk panjang dan langsing serta terdiri atas 15 segmen. Antena dapat digunakan sebagai kunci untuk membedakan kelamin pada nyamuk dewasa. Antena nyamuk jantan lebih lebat daripada nyamuk betina (Lestari, 2010).

(Anonymous, 2011).
Palpus dapat digunakan sebagai kunci identifikasi karena ukuran dan bentuk palpus masing-masing spesies berbeda. Sepasang palpus terletak diantara antena dan probosis. Palpus merupakan organ sensorik yang digunakan untuk mendeteksi karbondioksida dan mendeteksi tingkat kelembaban. Probosis merupakan bentuk mulut modifikasi untuk menusuk. Nyamuk betina mempunyai probosis yang lebih panjang dan tajam, tubuh membungkuk serta memiliki bagian tepi sayap yang bersisik. Dada terdiri atas protoraks, mesotoraks dan metatoraks. Mesotoraks merupakan bagian dada yang terbesar dan pada bagian atas disebut scutum yang digunakan untuk menyesuaikan saat terbang. Sepasang sayap terletak pada mesotoraks. Nyamuk memiliki sayap yang panjang, transparan dan terdiri atas percabangan-percabangan (vena) dan dilengkapi dengan sisik. Kaki terdapat pada setiap segmen dan dilengkapi dengan sisik. Perut nyamuk tediri atas sepuluh segmen, biasanya yang terlihat segmen pertama hingga segmen ke delapan, segmen-segmen terakhir biasanya termodifikasi menjadi alat reproduksi. Beberapa jenis nyamuk, seperti Culex dan Mansonia memiliki ujung perut yang tumpul (Lestari, 2010).
Pada nyamuk betina probosis dipakai sebagai alat untuk menghisap darah, sedangkan pada nyamuk jantan untuk menghisap bahan-bahan cair seperti cairan tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan juga keringat. Di kiri kanan probosis terdapat palpus yang terdiri dari 5 ruas dan sepasang antenna yang terdiri dari 15 ruas. Antena pada nyamuk jantan berambut lebat (plumose) dan pada nyamuk betina jarang (pilose). Sebagian besar torax yang tampak (mesonotum), diliputi bulu halus. Bulu ini berwarna putih/kuning dan membentuk gambaran yang khas untuk masing-masing spesies. Posterior dari mesonotum terdapat skutelum yang pada anophelini bentuknya melengkung (rounded) dan pada culicini membentuk 3 lengkung (trilobus). Sayap nyamuk panjang dan langsing, mempunyai vena yang permukannya ditumbuhi sisik-sisik sayap (wing scales) yang letaknya mengikuti vena. Pada pinggir sayap terdapat sederetan rambut yang disebut fringe. Abdomen berbentuk silinder yang terdiri atas 10 ruas. 2 ruas yang terakhir berubah menjadi alat kelamin. Nyamuk mempunyai 3 pasang kaki (hexapoda) yang melekat pada toraks dan tiap kaki terdiri dari 1 ruas femur, 1 ruas tibia dan 5 ruas tarsus.(Gandahusada dkk, 2000).

Gambar perbedaan morfologi nyamuk (Michigan Mosquito Control Association, 2002)
Dibawah ini adalah ciri-ciri dari beberapa nyamuk yaitu :
1.   Nyamuk Aedes aegypti (L.)
    Telur Aedes Aegypti diletakkan pada bagian yang berdekatan dengan permukaan air atau menempel pada permukaan benda yang terapung. Jentik nyamuk Aedes Aegypti memiliki rambut abdomen dan pada stadium ini jentik membentuk sudut dan terdapat alat untuk menghisap oksigen.
          
           Gambar telur nyamuk Aedes aegepty
          
          Gambar larva Aedes aegepty
                Larva Aedes aegepty membentuk sudut dan terdapat alat untuk menghisap oksigen.                     Probosis Aedes lebih panjang daripada nyamuk lainnya. Pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air. Pada stadium ini tidak memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap sehingga dapat terbang. Stadium kepompong memakan waktu lebih kurang satu sampai dua hari. Pada fase ini nyamuk membutuhkan waktu 2-5 hari untuk menjadi nyamuk, dan selama fase ini pupa tidak akan makan apapun dan akan keluar dari larva menjadi nyamuk yang dapat terbang dan keluar dari air. Stadium pupa pada nyamuk Aedes berada dibawah permukaan air dengan melingkarkan badannya. Ekor pupa agak lurus dengan kepala melingkar dan menempel dibadannya namun tidak bertemu dengan ekor.

Gambar pupa Aedes aegepty
Nyamuk dewasa segera setelah muncul dari pupa nyamuk jantan dan betina akan akan kawin dan nyamuk betina yang sudah dibuahi akan menghisap darah dalam waktu 24-36 jam. Darah merupakan sumber protein yang esensial untuk mematangkan telur. Perkembangan dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10 sampai 12 hari (Anonymous, 2011).

Gambar nyamuk Aedes aegepty dewasa
Nyamuk A. aegypti memiliki ciri khas, yaitu memiliki kaki belang dan adanya dua garis lengkung yang berwarna putih keperakan di kedua sisi lateral dan dua buah garis putih sejajar di garis median dari punggungnya yang berwarna dasar hitam. Nyamuk ini hidup di dalam dan di sekitar rumah (Lestari, 2010). Berwarna hitam dengan loreng putih (belang-belang berwarna putih) di sekujur tubuh nyamuk. Bisa terbang hingga radius 100 meter dari tempat menetas. Nyamuk betina membutuhkan darah setiap dua hari sekali. Nyamuk betina menghisap darah pada pagi hari dan sore hari. Senang hinggap di tempat gelap dan benda tergantung di dalam rumah. Hidup di lingkungan rumah, bangunan dan gedung. Nyamuk bisa hidup sampai 2-3 bulan dengan rata-rata 2 minggu (Anonymous, 2009).

2.   Nyamuk Culex quinquefasciatus (Say)
Seekor nyamuk betina mampu meletakan 100-400 butir telur. Setiap spesies nyamuk mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda. Nyamuk Culex sp meletakan telurnya diatas permukaan air secara bergelombolan dan bersatu membentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung.
Setelah kontak dengan air, telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh faktor temperature, tempat perindukan dan ada tidaknya hewan predator. Pada kondisi optimum waktu yang dibutuhkan mulai dari penetasan sampai dewasa kurang lebih 5 hari.
Pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air, pada stadium ini tidak memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap hingga dapat terbang, stadium kepompong memakan waktu lebih kurang satu sampai dua hari. Pada fase ini nyamuk membutuhkan 2-5 hari untuk menjadi nyamuk, dan selama fase ini pupa tidak akan makan apapun dan akan keluar dari larva menjadi nyamuk yang dapat terbang dan keluar dari air. 
Telur Culex diletakkan di atas permukaan air dan saling berlekatan sehingga membentuk rakit (raft). Pada stadium jentik membentuk sudut dan terdapat alat untuk menghisap oksigen seperti nyamuk Aedes aegepty, akan tetapi pada Culex alat penghisap lebih panjang dan tidak begitu menempel di permukaan. Pupa Culex berada dibawah permukaan air dan menggantung dengan melingkarkan tubuhnya sehingga kepala hampir bertemu dengan ekor pupa.
Nyamuk C. quinquefasciatus memiliki tubuh berwarna kecokelatan, probosis berwarna gelap tetapi kebanyakan dilengkapi dengan sisik berwarna lebih pucat pada bagian bawah, scutum berwarna kecoklatan dan terdapat warna emas dan keperakan di sekitar sisiknya. Sayap berwarna gelap, kaki belakang memiliki femur yang berwarna lebih pucat, seluruh kaki berwarna gelap kecuali pada bagian persendian. Nyamuk C. quinquefasciatus bisa hidup baik di dalam maupun luar ruangan (Lestari, 2010).

Gambar nyamuk Culex dewasa
3.   Nyamuk Anopheles
Nyamuk Anopheles meletakkan telurnya dipermukaan air satu per satu atau bergerombolan tetapi saling lepas dan mempunyai alat pengapung. Nyamuk Anopheles memiliki ciri-ciri yaitu Menggigit di waktu malam hari di dalam dan di luar rumah. Sesudah menghisap darah, nyamuk beristirahat pada dinding dalam meja rumah yang gelap, lembap, di bawah meja, di tempat tidur, atau di bawah dan di belakang lemari (dinkes jabar, 2011).
Jentik nyamuk Anopheles tidak memiliki sifon (tabung pernafasan), rambut abdomen tidak banyak, jentik berada sejajar dengan permukaan air.
Pupa anopheles memiliki breathing trumpet yang berfungsi sebagai alat pernafasan, pupa ini berada dibawah permukaan air dengan tubuh menggulung kepala dan ekor hampir bertemu. Anopheles dewasa memiliki probosis dan palpi yang sama panjang, pada palpi bergelang pucat atau tidak sama sekali. Scutellum bebentuk satu lengkungan (½ lingkaran). Urat sayap bernoda pucat dan gelap, jumbai biasanya terdapat noda pucat atau gelap sama sekali. Anopheles memiliki kaki yang panjang dan langsing, pada kaki belakang sering terdapat bintik-bintik atau bernoda coklat (Anonymous, 2009).

Gambar Anopheles dewasa


B.    Jenis-jenis Nyamuk
Dibawah ini adalah beberapa jenis nyamuk yaitu :
1.    Nyamuk  anopheles.
Urutan penggolongan klasifikasi nyamuk Anopheles seperti binatang
lainnya adalah sebagai berikut :
Phylum : Arthropoda
Classis : Hexapoda / Insecta
Sub Classis : Pterigota
Ordo : Diptera
Familia : Culicidae
Sub Famili : Anophellinae
Genus : Anopheles
Beberapa spesies Anopheles yang penting sebagai vektor malaria di Indonesia antara lain :
a.    Anopheles sundauicus
b.    Anopheles aconitus
c.    Anopheles barbirotris
d.    Anopheles kochi
e.    Anopheles maculates
f.      Anopheles subpictus
g.    Balabacensis (Anonymous, 2011).
2.    Nyamuk aedes aegepty
Klasifikasi nyamuk Aedes aegypti adalah sebagai berikut;
Divisi : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Diptera
Sub-Ordo : Nematocera
Superfamili : Culicoidea
Famili : Culicidae
Sub-Famili : Culicinae
Genus : Aedes
Species : Aedes Aegypti (Wakhyulianto, 2005).
3.    Nyamuk culex
Urutan penggolongan klasifikasi nyamuk culex adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
 Ordo : Diptera
Family : Culicidae
Genus : Culex (Anonymous, 2011)

C.     Siklus hidup nyamuk
Saat ini ada lebih dari 3.000 spesies nyamuk di dunia yang dikelompokkan dalam 39 genus dan 135 spesies. Proses biologi dalam kelompok ini cukup bervariasi, dan diperlukan sistem subdivisi umum untuk membagi masing-masing nyamuk menjadi pengelompokan yang logis. Crans (2004) menjelaskan bahwa Bates adalah ahli biologi nyamuk pertama yang mengkategorikan siklus hidup nyamuk atas dasar strategi siklus hidup bersama. Menurut Bates dalam sistem tersebut ada empat siklus hidup nyamuk beriklim sedang dan empat jenis siklus hidup nyamuk tropis, siklus tersebut dirancang untuk memisahkan spesies yang berkembang secara terus menerus dari mekanisme yang digunakan.
Nyamuk sejak telur hingga menjadi nyamuk dewasa, sama dengan serangga yang mengalami tingkatan (stadia) yang berbeda-beda. Dalam siklus hidup nyarnuk terdapat 4 stadia dengan 3 stadium berkembang di dalam air dari satu stadium hidup dialam bebas (Nurmaini, 2003).
Semua nyamuk harus memiliki air yang untuk melengkapi siklus hidup mereka. Air ini dapat berkisar dalam kualitas dari air salju mencair untuk pembuangan limbah dan dapat dalam wadah  air secara umum. Jenis air di mana larva nyamuk ditemukan dapat digunakan untuk mengidentifikasi spesies nyamuk. Selain itu, air dapat digunakan oleh nyamuk dewasa untuk menunjukkan preferensi yang sangat berbeda di mana ia dapat bertelur. Mereka bertelur di tempat-tempat seperti seperti lubang pohon yang menahan air secara berkala, kolam air pasang di rawa garam, kolam pembuangan limbah, irigasi yang ditumbuhi banyak rumput, kolam air hujan, dll. Setiap spesies memiliki persyaratan lingkungan yang unik dalam pemeliharaan siklus hidupnya (McCafferty, 2010).
Nyamuk mengalami metamorfosis sempurna: Telur – larva – pupa – dewasa. Stadium telur, larva, dan pupa hidup di dalam air sedangkan stadium dewasa hidup beterbangan. Empat stadium nyamuk tersebut, sebagai berikut:

Gambar siklus hidup nyamuk ((McCafferty, 2010).
1.    Telur nyamuk.
Telur yang baru diletakkan baerwarna putih, tetapi sesudah 1-2 jam berubah menjadi hitam. Pada genus Anopheles telur diletakkan satu per satu terpisah di permukaan air. Pada Aedes telur-telur ini juga diletakkan satu per satu terpisah tetapi telur ditemukan ditepi permukaan air pada lubang pohon dan containers, dapat juga pada lubang tanah yang kering yang kemudian digenangi air. Pada nyamuk Culex dan Mansonia telur diletakkan saling berlekatan sahingga membentuk rakit (raft). Telur Culex diletakkan di atas permukaan air, sadangkan telur Mansonia diletakkan di balik permukaan daun tumbuh-tumbuhan air (Gandahusada dkk, 2000).
2.    Larva
Telur nyamuk akan menetas menjadi larva setelah 2-4 hari, larva selalu hidup di air. Larva ini disebut juga dengan jentik nyamuk. Tempat perindukan (breeding place) untuk masing-masing spesies berlainan, misalnya rawa, kolam, sungai, sawah, kecomberan, dan tempat-tempat yang dapat digenangi air seperti got, saluran air, bekas jejak kaki binatang, lubang-lubang pohon, dan kaleng-kaleng. Larva terdiri atas 4 substadium (instar) dan mengambil makanan dari tempat peridukannya. Pertumbuhan larva stadium I sampai dengan stadium IV berlangsung 6-8 hari pada Culex dan Aedes, sedangkan pada Mansonia pertumbuhan memerlukan waktu kira-kira 3 minggu (Gandahusada dkk, 2000).
3.    Pupa
Selama tahap pupa nyamuk berhenti makan dan perubahan terjadi  yang mengarah ke tahap dewasa. Nyamuk dewasa muncul dari kepompong, meninggalkan water air dan dapat hidup di udara (Public Health Pest Management Section, 2011). Walaupun pupa ini tidak makan, akan tetapi masih memerlukan oksigen yang diambilnya melalui tabung pernafasan (breathing trumpet). Pupa dapat tumbuh menjadi dewas memerlukan waktu 1-3 hari sampai beberapa minggu. Pupa jantan menetas terlebih dahulu daripada pupa betina (Gandahusada dkk, 2000).
4.    Nyamuk dewasa
Nyamuk jantan dan betina dewasa memiliki perbandingan 1:1, nyamuk jantan keluar terlebih dahulu dari kepompong, baru disusul nyamuk betina, dan nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat sarang, sampai nyamuk betina keluar dari kepompong, setelah jenis betina keluar, maka nyamuk jantan akan langsung mengawini betina sebelum mencari darah. Selama hidupnya nyamuk betina hanya sekali kawin (Nurmaini, 2003). Nyamuk betina menghisap darah untuk pembentukan telur, tetapi ada beberapa spesies yang tidak memerlukan darah untuk pembentukan telurnya (autogen), misalnya Toxorhynchintes amboinensis (Gandahusada dkk, 2000).

D.    Aktivitas menggigit
Di bawah ini merupakan beberapa contoh aktivitas menggigit dari nyamuk:
1.  Nyamuk Aedes aegypti (L.)
Nyamuk betina lebih menyukai darah manusia (anthropophilic) daripada darah binatang dan nyamuk jantan hanya tertarik pada cairan mengandung gula seperti pada bunga. Aedes aegypti biasanya menggigit nyamuk ini memiliki kebiasaan menghisap darah pada jam 08.00-12.00 WIB dan sore hari antara 15.00-17.00 WIB (Lestari dkk, 2011). Malam harinya lebih suka bersembunyi di sela-sela pakaian yang tergantung atau gorden, terutama di ruang gelap atau lembab. Mereka mempunyai kebiasaan menggigit berulang kali. Nyamuk ini memang tidak suka air kotor seperti air got atau lumpur kotor tapi hidup di dalam dan di sekitar rumah (Wahyuni, 2005).
2.  Nyamuk Culex quinquefasciatus (Say)
Nyamuk C. quinquefasciatus bisa hidup baik di dalam maupun luar ruangan. Spesies ini sering ditemukan di dalam rumah dan nyamuk betina merupakan nyamuk yang aktif pada malam hari. Nyamuk ini lebih menyukai menggigit manusia setelah matahari terbenam.        
3.  Nyamuk Anopheles
Menurut Depkes RI (2001) dalam Rosa dkk (2009) Nyamuk Anopheles  mempunyai aktivitas menggigit pada permulaan malam, sesudah matahari terbenam sampai dengan matahari terbit.

E.     Penyebaran Nyamuk
Nyamuk termasuk  Kelas Insecta, Ordo Diptera, dan family Culicidae. Nyamuk tersebar di seluruh dunia kecuali antartika. Dapat hidup antara 5.550 meter di atas permukaan laut sampai 1.250 meter di bawah permukaan laut. Genera (genus) yang terpenting bagi manuasia, yaitu Anopheles, Culex, Aedes, dan Mansonia (Natadisastra dan Agoes, 2005).
.
F.     Pengendalian Nyamuk
Pengendalian vektor nyamuk bertujuan pertama, mengurangi populasi vektor serendah-rendahnya sehingga tidak berarti lagi sebagai penular penyakit. Kedua, menghindarkan terjadi kontak antara vektor dan manusia. Cara efektif untuk pengendalian vektor nyamuk adalah dengan penatalaksanaan lingkungan yang termasuk perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pemantauan aktivitas untuk modifikasi faktor-faktor lingkungan dengan suatu pandangan untuk mencegah perkembangan vektor dan kontak manusia-vektor-patogen. Pengendalian nyamuk dapat dilakukan dengan cara:
1.      Pengendalian lingkungan (environmental control)
WHO expert Committee on Vektor Biology and Control membagi tiga tipe penatalaksanaan lingkungan:
a.    Modifikasi lingkungan: transformasi fisik jangka panjang dari habitat  nyamuk.
b.    Manipulasi lingkungan: aktivitas yang direncanakan untuk menghasilkan kondisi yang tidak disukai dalam perkembangbiakan nyamuk.
c.    Menurut Gandahusada dkk (2000) contoh dari manipulasi lingkungan (environmental manipulation) adalah melancarkan air dalam got yang tersumbat agar tidak menjadi perindukan nyamuk Culex.
d.    Perubahan pada habitat atau perilaku manusia: upaya untuk mengurangi kontak manusia-vektor-patogen.
2.      Pengendalian kimiawi
Contoh pengendalian nyamuk secara kimiawi di amerika yaitu:
a.    Larvicides adalah produk yang digunakan untuk membunuh nyamuk dewasa. Mereka dapat berfungsi berupa biologis (seperti toksin dari bakteri tertentu yang mematikan larva nyamuk tetapi tidak untuk organisme lain) atau produk kimia, seperti pengatur pertumbuhan serangga, melapisi permukaan, atau organofosfat. Larvicides are applied directly to water sources that hold mosquito eggs or larvae. Larvicides diterapkan langsung ke sumber air yang terus telur nyamuk atau larva. When used well, larvicides can help to reduce the overall mosquito by limiting the number of new mosquitoes that are produced. Ketika digunakan dengan baik, larvicides dapat membantu mengurangi nyamuk keseluruhan dengan membatasi jumlah nyamuk baru yang diproduksi.
b.    Adulticides adalah produk yang digunakan untuk membunuh nyamuk dewasa. Adulticides dapat diterapkan dengan disemprotkan detruk-mount penyemprot atau menggunakan pesawat terbang. Adulticides, bila digunakan dengan baik, dapat memiliki dampak langsung untuk mengurangi jumlah nyamuk dewasa di suatu daerah, dengan tujuan mengurangi jumlah nyamuk yang dapat menggigit orang dan mungkin menularkan penyakit (Anonym, 2010).
3.      Pengendalian mekanik
Pengendalian mekanik dapat dilakukan dengan menggunakan baju pelindung dan memasang kawat kasa di jendela untuk menghindarkan hubungan atau kontak antara manusia dengan nyamuk (Gandahusada, 2000)
4.      Pengendalian fisik
Menurut Gandahusada (2000) pengendalian fisik dapat dilakukan dengan memasang lampu kuning yang dapat menghalau nyamuk.
5.      Pengendalian biologik
Pengendalian biologik dapat dilakukan dengan memperbanyak pemangsa dan parasit vsebagai musuh alami nyamuk. Beberapa parasit dari golongan nematode, baktreri, protozoa, jamur, dan virus dan dapat dipakai sebagai pengandali nyamuk dewasa. Predator atau pemangsa yanjg baik untuk mengendalikan larva nyamuk terdiri dari beberapa jenis ikan, larva nyamuk yang berukuran lebih besar, juga larva capung dsan Crustaceae (Gandahusada, 2000).
6.      Pengendalian genetika
Pengendalian genetika dapat dilakukan dengan mengawinkan antara strain nyamuk yang menyebabkan sitoplasma telur tidak dapat ditembus oleh sperma sehingga tidak dapat terjadi pembuahan, disebut cytoplasmic incompatibility.
7.      Pengendalian legislatif
Pengendalian legislatif dilakukan dengan diadakan peraturan dengan sanksi pelanggaran oleh pemerintah. Sebagai contoh pengendalian karantina di pelabuhan laut dan peklabuhan udara yang bermaksud untuk mencegah masuknya vector penyakit seperti nyamuk, penyemprotan insektisida di kapal yang berlabuh atau kapal terbang yang mendarat di peklabuhan udara. Keteledoran karena tidak melaksanakan peraturan-peraturan karantina yang menyebabkan vector nyamuk dapat dihukum menurut undang-undang (Gandahusada, 2000).
Semua penyakit yang dibawa oleh nyamuk dapat dicegah dengan cara menjaga agar tidak digigit nyamuk untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk. Untuk mengurangi bahaya gigitan nyamuk:
1.      Kenakan pakaian yang benar-benar  tertutup mulai dari tangan, kaki, kepala, dan leher (celana panjang dan baju lengan panjang, serta penutup kepala).
2.      Gunakan obat nyamuk bakar dan ramuan anti serangga seperti serai, minyak neem (nimba), atau daun kemangi.Ramuan antiserangga terutama penting untuk anak-anak karena dapat mencegah gigitan nyamuk, meski tindakan pencegahan lainnya tidak dilakukan.

Gambar tanaman serai (pengusir atau mengendalikan serangga seperti nyamuk aedes aegypti ), selain itu mencegah gigitan nyamuk dapat menggunakan Daun zodia, tanaman ini biasa digunakan untuk menghalau serangga, khususnya nyamuk apabila hendak pergi ke hutan, yaitu dengan cara menggosokkan daunnya ke kulit. Berikut gambar daun zodia.

3.      Pasang kawat nyamuk pada jendela dan  pintu, kawat nyamuk atau kelambu yang sudah diberi insektisida untuk mencegah gigitan nyamuk ketika anda atau anak-anak anda tidur. Selipkan ujung kelambu ke bawah tempat tidur atau kasur sehingga tidak ada celah. Di banyak tempat, program pelayanan kehamilan menawarkan kelambu dengan harga murah atau gratis kepada para wanita dan anak-anak. Agar efektif, pemberian insektisida pada kelambu harus diulang setiap 6 sampai 12 bulan. Selain itu juga gunakan kelambu saat tidur di luar rumah. Payung perangkap nyamuk (Atap payung dan sirip-siripnya merupakan satu kesatuan bangunan payung yang dapat dilepas dari rangkanya untuk dicelup dengan insektisida) dapat digunakan untuk mencegah nyamuk menggigit




BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
1.    Bionomikal Nyamuk
Nyamuk memiliki ciri-ciri umum, yaitu ukuran tubuh yang relatif kecil (4 mm - 13 mm) dan rapuh. Kepalanya mempunyai probosis halus dan memiliki panjang yang melebihi panjang kepala dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap. Siklus hidup nyamuk mulai dari telur – larva – pupa – dewasa. Stadium telur, larva, dan pupa hidup di dalam air sedangkan stadium dewasa hidup beterbangan.
Nyamuk mengalami metamorfosis sempurna: Telur – larva – pupa – dewasa. Stadium telur, larva, dan pupa hidup di dalam air sedangkan stadium dewasa hidup beterbangan. Semua nyamuk harus memiliki air  untuk melengkapi siklus hidup mereka.
Aktivitas menggigit nyamuk dapat digolongkan menjadi diurnal, nocturnal, dan crepuscular.
2.    Pengendalian nyamuk
Pengendalian vektor nyamuk dapat dilakukan dengan cara pengendalian lingkungan, pengendalian kimiawi, pengendalian mekanik, pengendalian fisik, pengendalian biologic, pengendalian genetika, dan pengendalian legislatif.

B.    Saran
Bentuk, tempat hidup, cara hidup, aktivitas menggigit masing-masing nyamuk memiliki perbedaan yang banyak dan nyata. Dalam pemberantasan serta mencegah adanya penyakit yang diakibatkan oleh nyamuk maka sangat perlu diketahui berbagai perbedaan dan bionomic dari setiap jenis nyamuk.


DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2009. Ciri-ciri Nyamuk Demam Berdarah Aedes Aygepty. Diakses dari http//:www.organisasi .org. pada tanggal 9 maret 2011.
Anonymous. 2009. Kejadian penyakit malaria.   http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20157/4/Chapter%20II.pdf. Diakses tanggal 11 Maret 2011
Anonymous, 2011. Gangguan Kesehatan akibat Nyamuk. Diakses dari  http://www.kesehatanlingkungan.org/book/ehb_ch%2008_mosquitoes.pdf pada tanggal 10 maret 2011.
Anonymous. 2011. Tinjauan Pustaka. Diakses dari http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-anisajamil-5649-3-babii.pdf pada tanggal 12 Maret 2011.
Anonymous. 2011. Tinjauan Pustaka. Diakses dari http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/115/jtptunimus-gdl-sutyoagusw-5709-3-babiis-i.pdf pada tanggal 12 Maret 2011.
Anonymous. 2010. Pesticides Used in Mosquito Control. Diakses dari http://www.cdc.gov/ncidod/dvbid/westnile/qa/pesticides.htm pada 14 Maret 2011.
Crans, Wayne J. 2004. A Classification System for Mosquito Life Cycles: Life Cycle Types for Mosquitoes of The Northeastern United States. Diakses dari http://vectorbio.rutgers.edu/pubs/A%20classification%20system%20for%20mosq%20life%20cycles.pdf pada tanggal 7 Maret 2011.
Depkes RI. 2011 Waspada Demam Berdarah Dengue. Diakes dari http://www.depkes.go.id/index.php/component/search/?searchword=jumlah+kasus+malaria&ordering=&searchphrase=all pada tanggal 10 maret 2011.
Dinkes Jawa Barat. 2011. Malaria. Diakses dari http://www.dinkes.jabarprov.go.id/download.php?title=MALARIA...doc pada tanggal 14 Maret 2011.
Gandahusada, Srisasi., Ilahude, Herry D., dan Pribadi, Wita. 2000. Parasitologi Kedokteran. Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Lestari, Bekti Dyah; Gama, Zulfaidah P; Rahardi, Brian. 2011. Identifikasi Nyamuk di Kelurahan Sawojajar Kota Malang. Diakses dari http://biologi.ub.ac.id/files/2010/12/BSS2010ZPGBR.pdf pada tanggal 8 Maret 2011.
McCafferty, W. Patrick. 2010. Biological Notes on Mosquitoes. Diakses dari http://www.mosquitoes.org/LifeCycle.html pada tanggal 7 Maret 2011.
Nurmaini. 2003. Mentifikasi Vektor dan Pengendalian Nyamuk Anopheles Aconitus Secara Sederhana. Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3705/1/fkm-nurmaini1.pdf pada tanggal 7 Maret 2011.
Public Health Pest Management Section. 2011. Life Cycle of A Mosquito. Diakses dari http://www.deh.enr.state.nc.us/phpm/Mosqfacts.pdf pada tanggal 7 Maret 2011.
Purnama, Sanggede. 2010. Vektor DBD. Diakses dari http://staff.unud.ac.id/~purnama/wpcontent/uploads/2010/04bukuajarDHF.doc. pada tanggal 10 maret 2011.
Wahyuni, Sri. 2005. Daya Bunuh Ekstrak Serai (Andropogen nardus) terhadap Nyamuk Aedes aegypti. Diakses dari http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/import/70.pdf pada tanggal 11 maret 2011
Nadadisastra, Djaenuin., dan Agoes Ridad. 2005. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Wakhyulianto. 2005. Uji Daya Bunuh Ekstrak Cabai Rawit (Capsicum frutescens L) terhadap Nyamuk Aedes aegypti. Diakses dari http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/import/70.pdf pada tanggal 11 Maret 2011.


2 komentar:

silakan koment dibawah ini tentang postingan tersebut